Beredarnya berbagai mitos tentang pernikahan terkadang menyebabkan seseorang ragu untuk menjalin hubungan jangka panjang. Keraguan ini tak pelak menimbulkan ketakutan tersendiri. Agar jangan terjebak, berikut lima mitos pernikahan yang sebaiknya diabaikan:
Satu dari dua pasangan menikah, berakhir dengan perceraian Pada pertengahan 1980-an, professor riset dari University of Michigan Institute for Social Research Terri Orbuch mengungkapkan bahwa tingkat perceraian meningkat hingga 66 persen.
Akan tetapi, belakangan tingkat perceraian sudah menurun. Data yang dihimpun dari Sensus Amerika Serikat pada 2009 disimpulkan bahwa pernikahan yang berakhir dengan perceraian berada pada jumlah 30,8 persen. Selain itu, penelitian pada 2011 juga menunjukkan penurunan. Di mana dari 1000 orang dewasa, hanya 3,6 persen pasangan menikah yang memutuskan untuk bercerai.
Ukuran bahagia adalah tidak pernah bertengkar Orbuch yang juga penulis buku 5 Simple Steps to Take Your Marriage From Good to Great mengatakan, “Kurangnya konfliknya menandakan anda tak berurusan dengan hal-hal penting.”
Menurutnya hal ini tidak bisa dijadikan ukuran. Karena pasangan bahagia-pun, akan ada saatnya konflik. Penelitian dari University of Tennessee menemukan bahwa pasangan yang mengakui adanya konflik dalam pernikahan membuat mereka merasakan hubungan yang lebih dalam.
“Yang membedakan pernikahan bahagia dengan pernikahan tak bahagia adalah, bahwa pasangan belajar bagaimana menangani konflik dan perbedaan pendapat dengan cara sehat dan produktif,” tutur Orbuch.
Pasangan yang memiliki anak, lebih bahagia Penelitian dari Universitas Terbuka, Inggris, menemukan bahwa pasangan menikah tanpa anak, rata-rata, lebih bahagia dalam hubungan mereka, dibandingkan dengan pasangan yang menjadi orang tua.
“Itu berarti, jika semakin banyak tanggung jawab dan peran yang dimiliki (sebagai pasangan, orang tua, karyawan, bos, dan lain-lain), maka kian sedikit waktu dan energi yang diberikan kepada pasangan, dan semakin kurang bahagia dia dalam salah satu peran tersebut,” jelas Orbuch.
Hubungan Seks yang payah Mitos yang mengatakan bahwa setelah menikah, pasangan akan merasa bahwa hubungan seks mereka payah dibantah oleh penelitian dari Universitas Pennsylvania. Diungkapkan bahwa cinta dan komitmen akan membuat seks lebih memuaskan secara fisik, terkhususnya bagi para wanita.
Bila benar cinta, gairah akan tetap membara seumur hidup Orbuch mengungkapkan bahwa gairah ada karena dorongan kebaruan dan misteri. “gairah menurun dari waktu ke waktu. Namun akan digantikan dengan cinta yang berbeda. Cinta yang akan membuat umur pernikahan panjang serta kebahagian.”
Ada begitu banyak hal yang bisa disyukuri dalam pernikahan. Karena banyak hal baru yang bisa dimaknai dari kebersamaan anda bersama pasangan kelak.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik disini.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more